Kejawen & Daya Tarik Sejati: Membangun Pesona Diri dari Kedalaman Hati
Dalam khazanah budaya Jawa, istilah "Kejawen" seringkali diasosiasikan dengan berbagai praktik spiritual dan filosofi hidup yang mendalam. Namun, ketika frasa "ilmu kejawen pemikat wanita" muncul, ia kerap memicu perdebatan dan kesalahpahaman. Sebagian orang mungkin membayangkannya sebagai mantra atau ritual mistis yang instan dan manipulatif, sebuah cara untuk memikat hati seseorang tanpa usaha dan kesungguhan. Pandangan semacam ini, sayangnya, seringkali menjauhkan dari esensi sejati ajaran Kejawen yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kebijaksanaan.
Artikel ini bertujuan untuk mengupas tuntas perspektif Kejawen mengenai daya tarik, pesona, dan hubungan antarmanusia, jauh melampaui stigma "pemikat" yang dangkal. Kita akan menjelajahi bagaimana filosofi Kejawen yang menitikberatkan pada keselarasan, keseimbangan, olah rasa, dan pengembangan budi pekerti luhur, sejatinya merupakan jalan menuju daya tarik sejati yang lahir dari dalam diri. Daya tarik yang tidak hanya memikat sesaat, tetapi juga membangun fondasi hubungan yang kokoh, tulus, dan penuh makna. Mari kita selami lebih dalam hakikat "pesona Kejawen" yang sesungguhnya.
Memahami Kejawen: Bukan Sekadar Mistis, tapi Filosofi Hidup
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai daya tarik, penting untuk meluruskan pemahaman tentang Kejawen itu sendiri. Kejawen bukanlah sebuah agama dalam pengertian monoteistik yang terstruktur, melainkan lebih merupakan sistem kepercayaan, filosofi hidup, dan praktik spiritual yang berakar kuat pada budaya Jawa. Ia merupakan perpaduan harmonis antara ajaran Hindu-Buddha, animisme-dinamisme lokal, dan pengaruh Islam yang telah berasimilasi selama berabad-abad. Inti dari Kejawen adalah pencarian keselarasan (harmoni) antara manusia dengan alam semesta, dengan sesama, dan dengan Tuhan (Gusti Allah / Sangkan Paraning Dumadi).
Prinsip-prinsip utama Kejawen meliputi:
- Manunggaling Kawula Gusti: Konsep penyatuan hamba dengan Tuhan, bukan dalam arti menyamai Tuhan, melainkan mencapai kesadaran spiritual yang mendalam tentang kehadiran ilahi dalam diri dan segala ciptaan.
- Hamemayu Hayuning Bawana: Menjaga dan memperindah keharmonisan alam semesta. Ini mencakup menjaga lingkungan, memelihara hubungan baik, dan berkontribusi positif bagi kehidupan.
- Sangkan Paraning Dumadi: Memahami asal dan tujuan hidup, dari mana kita berasal dan ke mana kita akan kembali. Ini mendorong refleksi diri dan pencarian makna eksistensi.
- Pancasila atau Panca Dharma: Meskipun berbeda dari Pancasila negara, dalam Kejawen ada semacam "Pancasila" atau lima prinsip luhur yang menjadi pedoman moral dan etika, seringkali meliputi kejujuran, kerendahan hati, pengendalian diri, kesabaran, dan kearifan.
Dari sini jelas bahwa Kejawen lebih mengedepankan olah batin, pengendalian diri, dan pembentukan karakter daripada praktik-praktik instan yang bersifat manipulatif. Daya tarik yang dihasilkan dari Kejawen, karenanya, adalah daya tarik yang bersifat holistik, memancar dari kematangan spiritual dan emosional seseorang.
Daya Tarik Sejati Ala Kejawen: Transformasi Diri, Bukan Sihir
Ketika berbicara tentang "pemikat" dalam konteks Kejawen, kita harus membuang jauh-jauh bayangan tentang "pelet" atau jimat yang memaksa kehendak orang lain. Filosofi Kejawen justru sangat menjunjung tinggi kehendak bebas dan karma. Memaksa atau memanipulasi kehendak orang lain dianggap sebagai tindakan yang tidak selaras dengan hukum alam dan dapat membawa karma buruk. Oleh karena itu, "ilmu pemikat" dalam Kejawen yang sejati adalah transformasi diri, menjadi pribadi yang memiliki aura positif dan magnetisme alami yang memancar dari dalam.
Daya tarik ini dibangun atas dasar budi pekerti luhur, ketenangan batin, kebijaksanaan, dan kemampuan berempati. Seseorang yang menjalani laku Kejawen dengan sungguh-sungguh akan mengembangkan kualitas-kualitas yang secara alami menarik orang lain, bukan karena paksaan, melainkan karena daya pikat kebaikan dan kematangan jiwanya. Ini adalah daya tarik yang berkelanjutan, yang membentuk hubungan yang sehat dan saling menghargai.
Pilar-Pilar Pesona Kejawen: Membangun Magnetisme Diri
Untuk mencapai daya tarik sejati, Kejawen mengajarkan serangkaian laku (praktik) dan olah (pengolahan) yang meliputi berbagai aspek kehidupan:
1. Olah Rasa: Empati dan Kepekaan Batin
Olah rasa adalah fondasi utama dalam Kejawen. Ini adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, berempati, serta memiliki kepekaan batin terhadap kondisi sekitar. Orang yang memiliki olah rasa tinggi akan:
- Mudah memahami: Mereka mampu menangkap nuansa emosi dan pikiran orang lain, sehingga komunikasi menjadi lebih efektif dan terhindar dari kesalahpahaman.
- Menjadi pendengar yang baik: Dengan kepekaan batin, mereka tidak hanya mendengar kata-kata, tetapi juga merasakan maksud di baliknya, membuat orang lain merasa dihargai dan dipahami.
- Mengendalikan emosi: Olah rasa juga berarti mampu mengelola emosi diri sendiri, tidak mudah marah, tersinggung, atau gegabah. Ketenangan emosi ini memancarkan aura dewasa dan menenangkan.
- Berbicara dengan santun: Pilihan kata yang bijak dan nada bicara yang lembut menunjukkan kematangan olah rasa, menciptakan suasana yang nyaman dalam berinteraksi.
Seseorang dengan olah rasa yang matang akan secara alami menarik orang lain karena mereka menciptakan ruang interaksi yang aman, nyaman, dan saling menghargai. Ini adalah bentuk pesona yang mendalam, jauh melampaui penampilan fisik semata.
2. Olah Jiwa: Kedamaian Batin dan Ketenangan Hati
Olah jiwa adalah upaya untuk mencapai ketenangan dan kedamaian batin. Dalam Kejawen, ini seringkali dicapai melalui praktik semedi (meditasi), tirakat (laku prihatin), dan donga (doa/mantra). Jiwa yang tenang akan memancarkan aura positif yang kuat.
- Kepercayaan diri yang stabil: Kedamaian batin menghasilkan kepercayaan diri yang tidak goyah oleh penilaian luar. Mereka mengenal nilai diri sendiri.
- Ketahanan mental: Orang yang memiliki olah jiwa kuat tidak mudah terpuruk oleh masalah, melainkan mampu menghadapinya dengan kepala dingin dan mencari solusi.
- Aura positif: Ketenangan batin tercermin dari ekspresi wajah yang damai, tatapan mata yang jernih, dan cara berbicara yang menenangkan. Ini adalah magnet yang menarik kebaikan.
- Kemampuan memimpin: Jiwa yang tenang seringkali diasosiasikan dengan kepemimpinan yang bijaksana, karena mereka mampu mengambil keputusan tanpa tergesa-gesa dan menghadapi tekanan.
Seorang wanita yang memiliki kedamaian batin akan memancarkan pesona yang kuat, bukan karena ia berusaha keras menarik perhatian, melainkan karena ia nyaman dengan dirinya sendiri dan memproyeksikan ketenangan itu kepada lingkungannya. Ketenangan adalah kekuatan.
3. Olah Pikir: Kebijaksanaan dan Wawasan Luas
Olah pikir adalah upaya untuk mengembangkan kebijaksanaan, wawasan, dan cara pandang yang luas. Ini melibatkan pembelajaran terus-menerus, refleksi, dan kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Orang yang memiliki olah pikir yang matang akan:
- Cerdas dan berpikiran terbuka: Mereka tidak terpaku pada satu pandangan, melainkan mau belajar dan menerima perspektif baru. Ini membuat mereka menarik untuk diajak berdiskusi.
- Solutif: Dengan wawasan yang luas, mereka cenderung mampu menemukan solusi kreatif untuk masalah, menjadi sandaran bagi orang lain.
- Bijaksana dalam bertutur: Kata-kata mereka penuh makna dan inspiratif, bukan sekadar omongan kosong.
- Tidak mudah menghakimi: Mereka memahami kompleksitas kehidupan dan tidak terburu-buru menghakimi orang lain.
Seorang wanita yang cerdas, bijaksana, dan memiliki wawasan luas akan sangat memikat. Ia bukan hanya sekadar pendamping, tetapi juga mitra diskusi yang menarik dan sumber inspirasi. Kebijaksanaan adalah kecantikan yang abadi.
4. Olah Raga: Kesehatan Fisik sebagai Cerminan Batin
Meskipun Kejawen sangat menekankan aspek batin, olah raga (dalam arti luas, menjaga kesehatan fisik) juga tidak diabaikan. Raga yang sehat adalah wadah bagi jiwa yang sehat. Ini bukan tentang obsesi pada penampilan, tetapi lebih pada merawat anugerah Tuhan. Seseorang yang menjaga kesehatan fisiknya akan:
- Berenergi dan bersemangat: Energi positif terpancar dari tubuh yang sehat, membuat mereka terlihat lebih hidup dan menarik.
- Percaya diri dengan tubuhnya: Mereka menerima dan merawat tubuhnya dengan baik, tanpa perlu membandingkan diri dengan standar kecantikan yang tidak realistis.
- Disiplin: Menjaga kesehatan fisik memerlukan disiplin, yang juga mencerminkan kematangan karakter.
- Tampak segar dan bugar: Ini secara alami menambah daya tarik visual, bukan karena berusaha menjadi "model," tetapi karena menghargai diri sendiri.
Kesehatan fisik yang baik adalah cerminan dari penghargaan diri dan kedisiplinan, dua kualitas yang secara universal dianggap menarik. Pesona tidak hanya dari dalam, tetapi juga tercermin pada bagaimana kita merawat "rumah" bagi jiwa kita.
5. Olah Kata: Komunikasi Efektif dan Penuh Makna
Bagaimana seseorang berkomunikasi sangat mempengaruhi daya tariknya. Olah kata berarti kemampuan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan jelas, santun, dan efektif. Ini mencakup:
- Tutur kata yang sopan dan santun: Bahasa yang digunakan mencerminkan budi pekerti. Kata-kata kasar atau menyinggung justru akan menjauhkan orang.
- Pendengar yang aktif: Selain berbicara, kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian adalah kunci komunikasi yang baik. Ini menunjukkan rasa hormat.
- Kemampuan berargumentasi tanpa menyerang: Mampu menyampaikan perbedaan pendapat dengan cara yang konstruktif, bukan konfrontatif.
- Humor yang sehat: Kemampuan membuat orang lain tersenyum atau tertawa dengan humor yang cerdas dan tidak merendahkan adalah daya tarik tersendiri.
Seorang wanita yang pandai merangkai kata, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan selalu menjaga kesantunan dalam setiap ucapannya, akan memiliki daya pikat yang luar biasa. Ia mampu membangun jembatan komunikasi, bukan dinding.
Laku Batin Kejawen untuk Meningkatkan Aura Positif
Filosofi Kejawen tidak hanya berhenti pada konsep, tetapi juga menawarkan berbagai laku (praktik spiritual) yang dapat membantu seseorang mengembangkan pilar-pilar pesona di atas. Laku ini, jika dijalankan dengan niat tulus, akan membersihkan diri dari energi negatif dan meningkatkan aura positif.
1. Tirakat dan Puasa: Disiplin Diri dan Pemurnian Niat
Tirakat adalah praktik spiritual yang melibatkan pengekangan diri atau hidup prihatin, seringkali melalui puasa (mutih, ngebleng, patigeni, dll.) atau mengurangi kenikmatan duniawi untuk sementara waktu. Dalam konteks modern, tirakat bisa diartikan sebagai bentuk disiplin diri yang tinggi dan upaya untuk memurnikan niat. Fungsinya bukan untuk mendapatkan kekuatan gaib secara instan, melainkan untuk:
- Melatih kesabaran dan pengendalian diri: Ini esensial untuk olah rasa dan olah jiwa.
- Membersihkan diri dari hawa nafsu negatif: Mengurangi kecenderungan egois, iri, dengki, dan nafsu yang berlebihan.
- Meningkatkan kepekaan batin: Saat indra fisik diredam, indra batin menjadi lebih tajam.
- Memurnikan niat: Memisahkan keinginan yang tulus dari keinginan yang didorong oleh ego atau obsesi.
Seseorang yang disiplin dan mampu mengendalikan dirinya akan memancarkan kekuatan karakter yang sangat menarik. Ini menunjukkan kedewasaan dan kemandirian, kualitas yang banyak dicari dalam sebuah hubungan.
2. Meditasi (Semedi) dan Olah Nafas: Ketenangan dan Fokus
Semedi atau meditasi adalah praktik memusatkan pikiran untuk mencapai ketenangan batin dan koneksi spiritual. Di dalamnya seringkali termasuk olah nafas (pranayama dalam tradisi India, atau olah napas dalam Kejawen). Manfaatnya bagi daya tarik antara lain:
- Mengurangi stres dan kecemasan: Pikiran yang tenang membuat seseorang terlihat lebih rileks dan menarik.
- Meningkatkan fokus dan konsentrasi: Kemampuan untuk benar-benar hadir dan fokus pada percakapan atau aktivitas.
- Membangkitkan energi positif: Latihan pernapasan yang benar dapat membersihkan energi stagnan dan mengisi tubuh dengan vitalitas.
- Menemukan jati diri: Semedi membantu seseorang mengenal dirinya lebih dalam, termasuk kekuatan dan kelemahannya, yang mengarah pada kepercayaan diri otentik.
Ketenangan yang terpancar dari praktik semedi akan membuat seseorang seperti "oase" di tengah hiruk pikuk kehidupan. Ini adalah daya tarik yang menenangkan dan membuat orang lain merasa nyaman di dekatnya.
3. Mantra dan Donga: Afirmasi Positif dan Niat Baik
Dalam Kejawen, mantra atau donga (doa) bukanlah alat untuk memanipulasi, melainkan merupakan bentuk afirmasi positif dan penegasan niat baik kepada semesta atau Tuhan. Mantra seringkali diucapkan untuk memohon berkah, perlindungan, atau untuk memperkuat kualitas-kualitas positif dalam diri. Misalnya, mantra yang berfokus pada kasih sayang, kedamaian, atau kebijaksanaan.
- Membangkitkan energi positif: Kata-kata dan niat memiliki kekuatan. Mengucapkan mantra dengan keyakinan dapat mengubah vibrasi internal seseorang.
- Memperkuat niat: Membantu memfokuskan pikiran pada tujuan positif, seperti menjadi pribadi yang lebih baik.
- Menumbuhkan rasa syukur: Banyak donga Kejawen yang berisi ungkapan syukur, yang dapat meningkatkan kebahagiaan dan aura positif.
Ketika seseorang secara konsisten memancarkan niat baik dan energi positif melalui afirmasi, ia akan secara alami menarik hal-hal baik dan orang-orang baik ke dalam hidupnya. Ini adalah hukum tarik-menarik yang berlandaskan pada prinsip etika dan kebaikan.
4. Pepatah dan Pitutur Luhur: Pedoman Moral
Kejawen kaya akan pepatah dan pitutur luhur (nasihat bijak) yang berfungsi sebagai pedoman moral dan etika dalam berinteraksi dengan sesama. Menginternalisasi dan mengamalkan nasihat-nasihat ini akan membentuk karakter yang kuat dan menarik.
- "Sepi ing pamrih, rame ing gawe" (Sedikit berharap balasan, banyak berkarya): Mengajarkan ketulusan dan pengabdian.
- "Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono" (Harga diri dari ucapan, harga badan dari pakaian): Menggarisbawahi pentingnya olah kata dan penampilan yang rapi.
- "Mikul dhuwur mendhem jero" (Menjunjung tinggi yang baik, memendam dalam-dalam yang buruk): Mengajarkan kesetiaan dan menjaga kehormatan.
- "Nrimo ing pandum" (Menerima apa adanya): Mengajarkan rasa syukur dan keikhlasan.
Wanita yang hidup berdasarkan prinsip-prinsip ini akan memancarkan integritas dan kemuliaan, dua kualitas yang sangat dihormati dan memikat. Pesona sejati lahir dari konsistensi antara perkataan dan perbuatan.
Membedakan "Pelet" dengan Daya Tarik Sejati
Penting untuk secara tegas membedakan antara "ilmu kejawen pemikat wanita" dalam arti dangkal (seperti "pelet" yang manipulatif) dengan daya tarik sejati yang diajarkan oleh filosofi Kejawen. Pelet, dalam pengertian yang sering disalahpahami, adalah upaya untuk mempengaruhi kehendak seseorang secara gaib agar jatuh cinta atau menuruti keinginan si pelaku, seringkali tanpa persetujuan atau bahkan bertentangan dengan kehendak korban.
Praktik semacam ini, jika benar-benar ada dan berhasil, akan selalu bertentangan dengan prinsip-prinsip etika Kejawen yang menjunjung tinggi kehendak bebas, keselarasan, dan karma. Hubungan yang dibangun atas dasar paksaan atau manipulasi tidak akan pernah lestari dan akan selalu mengandung bibit penderitaan. Kejawen mengajarkan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi (karma), dan memanipulasi orang lain adalah tindakan yang pasti akan menuai balasan negatif.
Daya tarik sejati, sebaliknya, adalah hasil dari proses pengembangan diri yang panjang dan konsisten. Ia adalah buah dari kematangan emosional, spiritual, dan intelektual. Orang yang memiliki daya tarik sejati tidak perlu "memaksa" siapapun untuk mencintainya, karena kualitas dirinya yang baik akan secara alami menarik orang-orang yang juga baik dan tulus. Hubungan yang terbentuk dari daya tarik sejati adalah hubungan yang didasari oleh rasa saling menghargai, cinta yang tulus, dan keselarasan jiwa.
Membangun Relasi yang Harmonis: Prinsip Kejawen dalam Hubungan
Daya tarik, pada akhirnya, adalah langkah awal menuju pembangunan hubungan. Filosofi Kejawen juga memberikan panduan bagaimana membina hubungan yang harmonis dan langgeng, baik dalam konteks percintaan maupun pertemanan.
1. Rasa Hormat (Pangajen)
Setiap hubungan harus dilandasi oleh rasa hormat yang mendalam terhadap pasangan atau teman. Menghormati berarti menghargai pendapat, perasaan, pilihan, dan individualitas orang lain, bahkan ketika ada perbedaan. Kejawen mengajarkan bahwa setiap manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki martabat, sehingga patut dihormati.
2. Kejujuran dan Ketulusan (Tulus Ikhlas)
Hubungan yang dibangun di atas kebohongan atau kepalsuan tidak akan pernah kuat. Kejujuran dan ketulusan adalah pondasi kepercayaan. Dalam Kejawen, 'tulus ikhlas' berarti melakukan sesuatu tanpa pamrih, termasuk dalam mencintai dan menyayangi. Cinta yang tulus tidak menuntut, melainkan memberi.
3. Kesetiaan (Setia Tuhu)
Kesetiaan adalah komitmen yang tak tergoyahkan. Bukan hanya setia secara fisik, tetapi juga setia secara batin, menjaga hati dan pikiran dari keinginan yang dapat merusak hubungan. Kesetiaan adalah bukti dari olah rasa dan olah jiwa yang matang.
4. Pengorbanan dan Toleransi (Lila Legawa)
Setiap hubungan membutuhkan pengorbanan dan toleransi. Adakalanya kita perlu mengesampingkan ego demi kebaikan bersama, atau menerima kekurangan pasangan. Konsep 'lila legawa' (ikhlas dan lapang dada) sangat relevan di sini. Ini bukan berarti merendahkan diri, melainkan bentuk kebijaksanaan dalam menjaga keharmonisan.
5. Saling Mendukung dan Mendoakan (Sangga Bhuwana)
Pasangan atau teman harus menjadi pendukung terbesar satu sama lain. Saling mendorong untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menghadapi tantangan bersama, dan mendoakan kebaikan. Ini adalah wujud nyata dari hamemayu hayuning bawana dalam skala mikro, menciptakan keindahan dalam hubungan pribadi.
Dampak Positif Transformasi Diri Ala Kejawen
Mengamalkan filosofi Kejawen untuk mengembangkan daya tarik diri tidak hanya bermanfaat dalam konteks hubungan romantis, tetapi juga membawa dampak positif yang luas bagi seluruh aspek kehidupan seseorang:
- Meningkatnya Kualitas Hidup Secara Menyeluruh: Seseorang akan merasakan kedamaian batin, kebahagiaan, dan kepuasan hidup yang lebih mendalam karena berfokus pada pengembangan diri dan nilai-nilai luhur.
- Hubungan Sosial yang Lebih Baik: Dengan olah rasa, olah pikir, dan olah kata yang matang, seseorang akan lebih mudah membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Mereka menjadi pribadi yang disukai dan dihormati.
- Kesuksesan dalam Karir dan Pekerjaan: Ketenangan batin, fokus, kebijaksanaan, dan kemampuan komunikasi yang baik adalah aset berharga dalam dunia profesional. Mereka menjadi pribadi yang dipercaya dan diandalkan.
- Kemampuan Menghadapi Tantangan Hidup: Dengan olah jiwa dan tirakat, seseorang memiliki ketahanan mental yang kuat untuk menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam hidup, mengubahnya menjadi peluang untuk tumbuh.
- Membangun Lingkungan yang Positif: Aura positif yang terpancar dari dalam diri akan menarik hal-hal positif dan menginspirasi orang-orang di sekitar untuk juga menjadi pribadi yang lebih baik. Ini adalah efek domino kebaikan.
- Mengenal Diri Sejati dan Tujuan Hidup: Melalui laku spiritual Kejawen, seseorang akan semakin dekat dengan jati dirinya, memahami potensi dan tujuannya di dunia, sehingga hidupnya lebih bermakna.
Transformasi diri ala Kejawen adalah sebuah perjalanan spiritual dan personal yang tidak pernah berhenti. Ini adalah investasi jangka panjang untuk diri sendiri, yang hasilnya adalah kehidupan yang lebih utuh, bermakna, dan penuh pesona sejati.
Kesimpulan: Kembali kepada Diri Sejati
Frasa "ilmu kejawen pemikat wanita" seringkali disalahartikan menjadi sesuatu yang bersifat instan dan manipulatif. Namun, jika kita menyelami esensi filosofi Kejawen, kita akan menemukan bahwa daya tarik sejati bukanlah hasil dari mantra atau jimat, melainkan dari transformasi diri yang mendalam.
Pesona Kejawen terpancar dari seorang wanita (atau pria) yang telah berhasil mengolah rasa, jiwa, pikir, raga, dan katanya. Ia adalah pribadi yang memiliki empati tinggi, ketenangan batin, kebijaksanaan, kesehatan yang terjaga, dan kemampuan berkomunikasi yang santun. Praktik-praktik seperti tirakat, semedi, dan donga bukanlah sihir, melainkan alat untuk membersihkan diri, memurnikan niat, dan meningkatkan kualitas-kualitas luhur dalam diri.
Hubungan yang dibangun atas dasar daya tarik sejati ini adalah hubungan yang kokoh, tulus, dan penuh rasa hormat, bukan hasil paksaan atau manipulasi. Pada akhirnya, "ilmu kejawen pemikat wanita" yang sesungguhnya adalah undangan untuk kembali kepada diri sejati, menjadi versi terbaik dari diri sendiri, sehingga kebaikan dan pesona itu memancar secara alami dan menarik kebaikan pula dari semesta.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih jernih dan inspiratif mengenai Kejawen dan bagaimana ia dapat membimbing kita menuju daya tarik yang otentik dan bermartabat.