Cinta Sejati Kristen: Bukan Pelet, Melainkan Anugerah Ilahi

Ilustrasi simbolis tentang bimbingan Ilahi dan kasih sejati dalam hubungan Kristen, menolak manipulasi.

Dalam pencarian akan cinta dan kebahagiaan dalam hubungan, manusia sering kali mencoba berbagai jalan. Di tengah beragam konsep dan keyakinan, munculah istilah yang mungkin terdengar aneh dan kontradiktif bagi sebagian orang, yaitu "ilmu pelet Kristen." Istilah ini segera menimbulkan pertanyaan besar: dapatkah praktik yang secara tradisional diasosiasikan dengan manipulasi spiritual atau magis disandingkan dengan iman Kristen yang mengajarkan kasih, kebebasan, dan kedaulatan Tuhan?

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa konsep "ilmu pelet Kristen" adalah sebuah miskonsepsi fundamental yang bertentangan dengan inti ajaran Kristen. Kita akan menjelajahi perbedaan mendasar antara cinta sejati yang diajarkan Alkitab dan praktik "pelet," serta bagaimana seorang Kristen seharusnya mendekati pencarian pasangan hidup dan membangun hubungan yang diberkati oleh Tuhan.

1. Membedah Istilah: "Ilmu Pelet" dan "Kristen"

1.1. Apa Itu "Ilmu Pelet"?

Secara umum, "ilmu pelet" merujuk pada praktik supranatural atau magis yang bertujuan untuk memengaruhi kehendak seseorang agar jatuh cinta atau terobsesi pada orang yang melakukan pelet tersebut. Praktik ini sering melibatkan ritual, mantra, jimat, atau kekuatan gaib lainnya. Intinya, "pelet" adalah bentuk manipulasi kehendak bebas individu lain, sering kali tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka, demi keuntungan atau keinginan pribadi.

1.2. Apa Itu "Kristen"?

Kristen adalah sebuah agama monoteistik yang berpusat pada kehidupan dan ajaran Yesus Kristus seperti yang tercatat dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru. Prinsip-prinsip utama iman Kristen meliputi:

1.3. Mengapa "Ilmu Pelet Kristen" adalah Kontradiksi?

Jika kita membandingkan definisi "ilmu pelet" dengan "Kristen," menjadi jelas bahwa kedua konsep tersebut bertentangan secara diametral:

  1. Manipulasi vs. Kehendak Bebas: Pelet bertujuan memanipulasi, sementara Kristen menghargai kehendak bebas. Tuhan sendiri tidak pernah memaksa manusia untuk mengasihi-Nya, apalagi mengasihi sesama.
  2. Sihir/Gaib vs. Kedaulatan Tuhan: Pelet mengandalkan kekuatan gaib yang sering kali tidak diketahui asalnya, atau bahkan berasal dari sumber yang berlawanan dengan Tuhan. Kristen menolak sihir dan menekankan bahwa kuasa sejati hanya ada pada Tuhan.
  3. Egosisme vs. Kasih Agape: Pelet didorong oleh keinginan egois untuk mengontrol orang lain. Kasih Kristen (agape) adalah kasih yang altruistis, mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan orang lain, bahkan musuh sekalipun.
  4. Kepalsuan vs. Kebenaran: Hubungan yang dibangun atas dasar pelet adalah palsu, tidak tulus, dan tidak mencerminkan kebenaran. Kristen menyerukan kejujuran dan ketulusan dalam segala aspek kehidupan.

Oleh karena itu, istilah "ilmu pelet Kristen" adalah sebuah oksimoron. Sama seperti "terang yang gelap" atau "air yang kering," itu adalah kombinasi kata-kata yang saling meniadakan makna satu sama lain. Tidak mungkin ada "pelet" yang "Kristen," karena prinsip-prinsip dasarnya saling berlawanan.

2. Larangan Alkitab Terhadap Sihir dan Okultisme

Alkitab sangat jelas dalam melarang segala bentuk sihir, ramalan, tenung, dan praktik okultisme lainnya. Larangan ini bukan hanya sekadar aturan, tetapi merupakan perlindungan bagi umat manusia dari pengaruh gelap dan penghancuran spiritual. Tuhan menghendaki umat-Nya bergantung sepenuhnya kepada-Nya, bukan kepada kekuatan atau entitas lain.

2.1. Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, praktik sihir dan okultisme dianggap sebagai kekejian di hadapan Tuhan:

Janganlah didapati di antaramu seorang yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang peramal, seorang penelaah, seorang penenung, seorang tukang sihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang meminta petunjuk kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang menanyakan orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. Ulangan 18:10-12

Ayat ini dengan tegas mencantumkan berbagai praktik yang dilarang, termasuk "tukang sihir" dan "pemantera," yang dapat diartikan sebagai orang yang menggunakan mantra atau kekuatan gaib untuk memengaruhi orang lain, mirip dengan konsep pelet. Larangan ini sangat serius sehingga pelakunya dianggap "kekejian bagi TUHAN."

Contoh lain:

2.2. Perjanjian Baru

Perjanjian Baru juga melanjutkan dan memperjelas larangan terhadap praktik-praktik semacam ini:

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Galatia 5:19-21

Dalam daftar "perbuatan daging" yang mengindikasikan kehidupan yang tidak sesuai dengan Roh Kudus, "sihir" (bahasa Yunani: pharmakeia, yang juga bisa berarti penggunaan obat-obatan untuk tujuan magis atau sihir) disebutkan dengan jelas. Ini menunjukkan bahwa di bawah perjanjian baru sekalipun, praktik-praktik manipulasi spiritual tetap dianggap sebagai dosa serius yang memisahkan seseorang dari Kerajaan Allah.

Kisah tentang Simon si Penyihir di Kisah Para Rasul 8 juga menunjukkan bahwa kekuatan spiritual yang sejati hanya berasal dari Roh Kudus, bukan dari praktik magis yang dapat dibeli atau dikuasai oleh manusia.

Dari semua ayat ini, jelas bahwa iman Kristen dan segala bentuk "ilmu pelet" adalah dua hal yang tidak bisa disatukan. Upaya untuk mencampurkan keduanya adalah bentuk penyesatan dan pemberontakan terhadap Tuhan.

3. Prinsip-prinsip Kristen untuk Hubungan dan Cinta Sejati

Jika "ilmu pelet Kristen" adalah sebuah kekejian, lalu bagaimana seorang Kristen harus mencari dan membangun hubungan yang bermakna? Alkitab memberikan panduan yang kaya dan mendalam tentang cinta sejati, pernikahan, dan hubungan antarmanusia. Ini adalah jalan yang jauh lebih mulia, tulus, dan membawa berkat.

3.1. Kasih Agape: Fondasi Segala Hubungan

Kasih yang paling mendalam dalam Kekristenan adalah agape, kasih tanpa syarat, rela berkorban, dan ilahi. Ini adalah kasih yang Tuhan tunjukkan kepada kita, dan yang kita dipanggil untuk tunjukkan kepada orang lain.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. 1 Korintus 13:4-8a

Ayat ikonik ini adalah antitesis sempurna dari "pelet." Pelet tidak sabar, mencari keuntungan diri sendiri, dan tidak menghargai kebenaran. Kasih agape justru sebaliknya: tulus, jujur, mengutamakan kebaikan orang lain, dan membangun atas dasar kepercayaan. Inilah jenis kasih yang seharusnya menjadi fondasi setiap hubungan Kristen, termasuk dalam pencarian pasangan hidup.

3.2. Mengandalkan Kedaulatan Tuhan

Seorang Kristen percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang sempurna untuk hidup setiap individu, termasuk dalam hal pasangan hidup. Mengandalkan Tuhan berarti menyerahkan keinginan dan kerinduan kita kepada-Nya, percaya bahwa Dia akan membimbing kita pada waktu dan cara yang tepat.

Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. Amsal 16:3
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Amsal 3:5-6

Pendekatan ini berlawanan dengan upaya manipulasi melalui "pelet." "Pelet" mencoba memaksakan kehendak kita sendiri, sementara iman Kristen mengundang kita untuk mempercayai kehendak Tuhan yang lebih baik dan lebih bijaksana.

3.3. Pentingnya Kehendak Bebas dan Persetujuan

Dalam hubungan yang sehat, cinta haruslah timbul secara sukarela dan tulus dari kedua belah pihak. Alkitab merayakan persatuan dua hati yang secara bebas memilih untuk saling mengasihi dan berkomitmen. Pernikahan yang diberkati Tuhan adalah perjanjian antara dua individu yang saling mengasihi, bukan hasil dari paksaan atau sihir.

Mengabaikan kehendak bebas seseorang berarti merampas martabat mereka yang diberikan Tuhan. Tuhan sendiri menghormati kehendak bebas kita, bahkan ketika kita memilih untuk menolak-Nya. Bagaimana mungkin kita, sebagai ciptaan, mencoba merampas kehendak bebas sesama ciptaan?

3.4. Membangun Hubungan Berdasarkan Karakter Kristus

Cinta sejati Kristen juga tumbuh dari karakter yang mencerminkan Kristus. Ini berarti mengembangkan sifat-sifat seperti kesabaran, kebaikan, kerendahan hati, pengendalian diri, dan kesetiaan. Sifat-sifat inilah yang secara alami menarik orang lain dan membangun hubungan yang kuat dan langgeng.

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Galatia 5:22-23

Alih-alih mencari "solusi cepat" melalui "pelet," seorang Kristen diajak untuk berinvestasi dalam pertumbuhan spiritual dan karakter diri sendiri. Karakter yang saleh akan menjadi daya tarik yang jauh lebih kuat dan langgeng daripada mantra apa pun.

4. Mencari Pasangan Hidup Sesuai Prinsip Kristen

Lalu, bagaimana seharusnya seorang Kristen yang lajang mendekati pencarian pasangan hidup?

4.1. Berdoa dan Berserah Penuh kepada Tuhan

Doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan. Berdoalah dengan tulus untuk pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya. Jangan berdoa untuk memanipulasi seseorang, tetapi berdoalah untuk hikmat, bimbingan, kesabaran, dan agar Tuhan menyatakan orang yang tepat pada waktu yang tepat. Berdoalah juga agar Tuhan membentuk Anda menjadi pribadi yang lebih baik dan siap untuk hubungan yang saleh.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Filipi 4:6

4.2. Fokus pada Pertumbuhan Pribadi dan Spiritual

Jadilah pribadi yang utuh dalam Kristus terlebih dahulu. Fokus pada hubungan Anda dengan Tuhan, kembangkan talenta Anda, layani sesama, dan hiduplah sesuai panggilan-Nya. Ketika Anda menjadi pribadi yang semakin serupa Kristus, Anda akan menarik orang-orang yang juga memiliki nilai-nilai spiritual yang sama. Ingatlah pepatah: "Jadilah pribadi yang Anda ingin nikahi."

4.3. Menjalin Pergaulan yang Sehat dan Positif

Terlibatlah dalam komunitas gereja, kelompok pelayanan, atau kegiatan sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Kristen Anda. Di lingkungan yang sehat ini, Anda akan bertemu dengan orang-orang yang juga memiliki iman dan tujuan hidup yang serupa. Jangan mengisolasi diri, tetapi buka diri untuk pergaulan yang positif dan konstruktif.

4.4. Menilai Karakter dan Nilai-nilai Iman

Ketika Anda bertemu seseorang yang menarik perhatian Anda, jangan hanya melihat penampilan luar atau daya tarik sesaat. Nilailah karakter mereka, bagaimana mereka memperlakukan orang lain, bagaimana hubungan mereka dengan Tuhan, dan apakah nilai-nilai inti mereka selaras dengan Anda. Carilah pasangan yang:

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? 2 Korintus 6:14

Ayat ini sering diterapkan dalam konteks pernikahan, menekankan pentingnya memiliki pasangan yang seiman dan memiliki nilai-nilai spiritual yang selaras.

4.5. Kesabaran dan Penantian dalam Tuhan

Pencarian pasangan hidup membutuhkan kesabaran. Tuhan bekerja sesuai waktu-Nya yang sempurna. Jangan terburu-buru atau berkompromi hanya karena merasa kesepian atau tertekan. Percayalah bahwa jika memang Tuhan memiliki rencana untuk Anda menikah, Dia akan menyediakannya pada waktu yang terbaik.

Karena bagiku, rancangan-rancangan-Ku bukanlah rancangan-rancanganmu, dan jalan-jalanmu bukanlah jalan-jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Yesaya 55:8

5. Bahaya dan Konsekuensi "Ilmu Pelet Kristen" (Jika Ada yang Nekat Mencoba)

Meskipun kita telah menegaskan bahwa "ilmu pelet Kristen" tidak eksis, perlu dipertimbangkan apa konsekuensi fatal jika seseorang mencoba mencampuradukkan praktik okultisme dengan iman Kristen.

5.1. Pelanggaran terhadap Tuhan dan Firman-Nya

Melakukan praktik yang dilarang Alkitab, seperti sihir atau manipulasi, adalah tindakan pemberontakan langsung terhadap Tuhan. Ini menunjukkan ketidakpercayaan pada kedaulatan-Nya dan penolakan terhadap otoritas Firman-Nya. Pelanggaran semacam itu membawa dosa dan menjauhkan seseorang dari persekutuan dengan Tuhan.

5.2. Terjerat dalam Pengaruh Gelap

Praktik okultisme membuka pintu bagi pengaruh roh-roh jahat. Alkitab mengajarkan bahwa ada kekuatan gelap di dunia ini yang berlawanan dengan Tuhan. Mencari bantuan dari kekuatan yang bukan dari Tuhan berarti mengundang kehadiran dan pengaruh entitas yang berpotensi merusak secara spiritual, mental, dan emosional.

Sadarilah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 1 Petrus 5:8

5.3. Hubungan yang Palsu dan Tidak Sehat

Hubungan yang dimulai dengan manipulasi atau paksaan tidak akan pernah menjadi hubungan yang sehat dan langgeng. Itu akan dibangun di atas dasar kepalsuan, ketidakpercayaan, dan kontrol. Orang yang "terkena pelet" mungkin menunjukkan kasih sayang, tetapi itu bukanlah kasih yang tulus dan bebas. Pada akhirnya, kebohongan akan terungkap, dan hubungan tersebut kemungkinan besar akan hancur, meninggalkan luka yang mendalam.

5.4. Penghancuran Karakter dan Kehidupan Spiritual

Mencari jalan pintas melalui "pelet" mencerminkan kurangnya kesabaran, ketidakpercayaan, dan keinginan untuk mengontrol. Ini merusak karakter pribadi dan menghambat pertumbuhan spiritual. Seseorang yang memilih jalan ini mengabaikan proses pembentukan karakter yang Tuhan inginkan dalam hidupnya.

5.5. Konsekuensi Hukum Ilahi

Alkitab mengajarkan prinsip menabur dan menuai. Barangsiapa menabur manipulasi dan kebohongan, akan menuai konsekuensi yang pahit. Ini mungkin bukan dalam bentuk hukuman fisik yang langsung, tetapi dalam kehancuran hubungan, kekacauan batin, dan perpecahan dengan Tuhan.

6. Studi Kasus dan Refleksi dalam Kehidupan Nyata

Dalam kehidupan sehari-hari, godaan untuk mencari "solusi cepat" atau "kekuatan khusus" untuk mendapatkan cinta memang ada. Mungkin ada cerita atau kesaksian yang beredar tentang seseorang yang melakukan "doa khusus" atau "ritual tertentu" dan kemudian mendapatkan pasangan yang diinginkannya, lalu mengklaimnya sebagai "ilmu pelet Kristen." Penting untuk menganalisis kasus semacam ini dengan hati-hati.

6.1. Doa yang Tulus vs. Doa Manipulatif

Seorang Kristen tentu boleh dan harus berdoa untuk pasangan hidup. Namun, ada perbedaan besar antara berdoa memohon bimbingan dan kehendak Tuhan, dengan berdoa secara manipulatif agar seseorang tertentu jatuh cinta. Doa yang benar adalah penyerahan diri, bukan perintah kepada Tuhan untuk memenuhi keinginan egois kita.

Jika seseorang berdoa tulus, menyerahkan kepada Tuhan, dan kemudian bertemu seseorang yang menjadi pasangannya, ini adalah jawaban doa dan berkat Tuhan, bukan "pelet." Jika seseorang berdoa dengan motivasi manipulatif, lalu sesuatu terjadi, ada dua kemungkinan:

  1. Kebetulan: Keinginan Anda dan kehendak orang lain memang selaras secara kebetulan.
  2. Pengaruh Roh Jahat: Kekuatan gelap bisa meniru jawaban doa untuk menyesatkan dan mengikat seseorang dalam dosa. Ini jauh lebih berbahaya.

6.2. Kesaksian Palsu dan Kebingungan

Terkadang, kesaksian tentang "keberhasilan" semacam itu bisa jadi salah tafsir, kebetulan yang disalahartikan sebagai mukjizat, atau bahkan disinformasi yang disebarkan oleh pihak-pihak yang ingin mencampuradukkan iman dengan praktik non-Kristen. Penting untuk selalu menguji segala sesuatu dengan Firman Tuhan (1 Tesalonika 5:21).

Jika ada "kesaksian" yang mengklaim menggunakan "cara Kristen" untuk memaksa cinta, biasanya itu adalah kombinasi dari:

6.3. Peran Roh Kudus

Roh Kudus bekerja dalam hidup orang percaya untuk menuntun, mengajar, dan menguduskan. Roh Kudus tidak pernah akan menuntun seseorang untuk melakukan praktik yang bertentangan dengan Alkitab atau untuk memanipulasi orang lain. Sebaliknya, Roh Kudus mendorong kita kepada kasih, kebenaran, dan kebebasan.

7. Membangun Hubungan yang Memuliakan Tuhan

Alih-alih mencari "ilmu pelet Kristen" yang mustahil, fokuslah pada membangun hubungan yang memuliakan Tuhan. Ini adalah proses seumur hidup yang melibatkan komitmen, pengorbanan, dan anugerah Ilahi.

7.1. Komunikasi yang Jujur dan Terbuka

Dasar setiap hubungan yang sehat adalah komunikasi. Berbicaralah jujur tentang perasaan, harapan, dan kekhawatiran Anda. Dengarkan pasangan Anda dengan empati. Hindari asumsi dan pastikan ada saling pengertian.

Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Efesus 4:25

7.2. Saling Menghormati dan Menghargai

Hormati pasangan Anda sebagai individu yang diciptakan menurut gambar Allah. Hargai pendapat, perasaan, dan keunikan mereka. Perlakukan mereka seperti Anda ingin diperlakukan.

Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Roma 12:10

7.3. Pengampunan dan Kerendahan Hati

Tidak ada hubungan yang sempurna. Akan ada kesalahan, perselisihan, dan kekecewaan. Kemampuan untuk mengampuni dan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan sangat penting untuk menjaga hubungan tetap kuat. Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni bukan hanya tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh kali.

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Kolose 3:13

7.4. Memprioritaskan Tuhan dalam Hubungan

Ketika kedua belah pihak memprioritaskan Tuhan dalam hidup mereka dan dalam hubungan mereka, maka Tuhan akan menjadi perekat dan penopang utama. Hubungan yang berpusat pada Kristus akan memiliki arah, tujuan, dan kekuatan yang jauh melampaui hubungan yang hanya berpusat pada manusia.

Dan seutas tali tiga lembar tidak mudah diputuskan. Pengkhotbah 4:12

Tali tiga lembar ini sering diinterpretasikan sebagai suami, istri, dan Tuhan, yang membuat ikatan pernikahan menjadi sangat kuat.

7.5. Pelayanan dan Pengorbanan

Cinta sejati bersifat melayani. Ini berarti menempatkan kebutuhan pasangan di atas kebutuhan Anda sendiri, sebagaimana Kristus melayani dan mengorbankan diri-Nya bagi gereja.

Kasihilah seorang akan yang lain, sama seperti Aku telah mengasihi kamu. Yohanes 15:12

8. Kesimpulan: Anugerah Ilahi, Bukan Manipulasi

Konsep "ilmu pelet Kristen" adalah sebuah ilusi berbahaya yang bertentangan dengan setiap prinsip dasar iman Kristen. Ini adalah upaya manusiawi untuk mengendalikan apa yang seharusnya menjadi anugerah Ilahi, dengan menggunakan metode yang dilarang keras oleh Alkitab.

Iman Kristen tidak menawarkan jimat, mantra, atau ritual untuk memaksa seseorang mencintai Anda. Sebaliknya, ia menawarkan jalan yang lebih mulia dan lebih memuaskan: jalan kasih, kejujuran, integritas, dan penyerahan diri kepada kedaulatan Tuhan.

Cinta sejati, menurut Alkitab, adalah anugerah. Ia tumbuh dari hubungan yang sehat dengan Tuhan, karakter yang serupa Kristus, komunikasi yang jujur, rasa hormat yang mendalam, dan komitmen yang tak tergoyahkan. Ini adalah kasih yang membebaskan, bukan memperbudak. Ini adalah kasih yang membangun, bukan menghancurkan.

Jika Anda sedang mencari pasangan hidup atau ingin memperdalam hubungan Anda, berpalinglah kepada Firman Tuhan. Berdoalah, hiduplah dalam kebenaran, kembangkan karakter yang saleh, dan percayalah bahwa Tuhan, dalam hikmat dan kasih-Nya, akan menuntun Anda pada jalan yang terbaik. Lepaskan keinginan untuk memanipulasi, dan peluklah kebenaran bahwa kasih sejati datang dari Tuhan, bukan dari tipuan atau sihir.

Tidak ada "pelet" yang Kristen. Hanya ada kasih Kristus yang sejati, yang mampu mengubah hati dan membangun hubungan yang abadi dalam kemuliaan-Nya.