Membangun Keluarga Sakinah: Doa & Amalan Islam untuk Cinta Suami
Setiap rumah tangga Muslim mendambakan kebahagiaan, kedamaian, dan cinta yang abadi. Ikatan pernikahan dalam Islam bukan sekadar janji dua insan, melainkan sebuah ikatan suci yang mengikat dua jiwa dalam bingkai syariat Allah SWT, bertujuan mencapai sakinah, mawaddah, warahmah (ketenangan, cinta, dan kasih sayang). Namun, perjalanan rumah tangga tidak selalu mulus. Ada kalanya ujian datang, dan seorang istri mungkin merasakan kebutuhan untuk memperkuat kembali ikatan cinta dengan suaminya, mencari cara agar sang suami senantiasa mencintai, menghargai, dan selalu dekat dengannya.
Dalam pencarian akan solusi, berbagai konsep dan istilah mungkin muncul, termasuk di antaranya yang kontroversial seperti "pelet". Penting untuk digarisbawahi sejak awal bahwa dalam Islam, praktik "pelet" atau sihir dalam bentuk apapun adalah perbuatan yang sangat dilarang dan termasuk dosa besar yang dapat merusak akidah. Islam tidak pernah mengajarkan cara-cara instan atau magis untuk memanipulasi perasaan seseorang. Sebaliknya, Islam menawarkan jalan yang lurus, berkah, dan berkelanjutan untuk membangun cinta sejati: melalui ketaatan kepada Allah, doa yang tulus, akhlak mulia, dan usaha nyata yang konsisten.
Artikel ini hadir sebagai panduan komprehensif bagi para istri yang ingin memperkuat hubungan dengan suami mereka berdasarkan ajaran Islam yang murni. Kita akan menelusuri berbagai aspek, mulai dari fondasi spiritual, upaya lahiriah, hingga penanganan konflik, semua dalam koridor syariat. Tujuan utamanya adalah membantu Anda menciptakan rumah tangga yang penuh berkah, di mana cinta tumbuh bersemi di bawah ridha Ilahi, jauh dari praktik-praktik terlarang yang merugikan dunia dan akhirat.
1. Fondasi Pernikahan dalam Islam: Sakinah, Mawaddah, Warahmah
Pernikahan dalam Islam adalah salah satu syariat Allah yang paling agung, sebuah ibadah yang menyempurnakan separuh agama seseorang. Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW telah menggariskan tujuan dan cara membangun rumah tangga yang ideal. Memahami fondasi ini adalah langkah pertama untuk membangun cinta yang kokoh dan langgeng.
1.1. Tujuan Agung Pernikahan
- Mencapai Sakinah (Ketenangan Jiwa): Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum: 21, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." Ketenangan ini datang dari rasa aman, nyaman, dan damai bersama pasangan.
- Mawaddah (Cinta) dan Warahmah (Kasih Sayang): Bukan sekadar nafsu, tetapi cinta dan kasih sayang yang mendalam, yang tumbuh dari pengorbanan, pengertian, dan saling memaafkan. Mawaddah adalah cinta yang penuh gairah, sedangkan warahmah adalah kasih sayang yang melahirkan kelembutan, kepedulian, dan pengampunan, terutama saat menghadapi ujian.
- Melestarikan Keturunan yang Saleh/Salehah: Pernikahan adalah jalan yang sah untuk memiliki keturunan, meneruskan estafet dakwah, dan mendidik generasi Muslim yang beriman.
- Menyempurnakan Agama dan Menjaga Diri dari Maksiat: Dengan menikah, seseorang akan lebih mudah menjaga pandangan, kemaluan, dan menghindarkan diri dari perbuatan zina.
1.2. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Keseimbangan hak dan kewajiban adalah kunci. Islam telah mengatur dengan adil, meskipun ada perbedaan peran dan tanggung jawab.
- Kewajiban Suami: Memberi nafkah lahir dan batin, melindungi, membimbing istri dan anak-anak ke jalan Allah, berlaku adil, sabar, dan memperlakukan istri dengan baik.
- Kewajiban Istri: Taat kepada suami dalam hal yang ma'ruf (bukan maksiat), menjaga kehormatan diri dan harta suami, mengelola rumah tangga, melayani suami, mendidik anak, serta menciptakan suasana rumah yang nyaman.
- Hak Bersama: Saling menghormati, menyayangi, berkomunikasi dengan baik, menasihati dalam kebaikan, dan menjaga rahasia rumah tangga.
Memahami dan menjalankan hak serta kewajiban ini akan menciptakan pondasi yang kuat untuk cinta yang bertumbuh.
2. Membangun Cinta Melalui Fondasi Spiritual: Doa dan Amal Saleh
Cinta sejati dalam rumah tangga Muslim tidak hanya bertumpu pada aspek lahiriah, tetapi justru berakar kuat pada dimensi spiritual. Ketika hati terpaut kepada Allah, maka hati pasangan pun akan lebih mudah terpaut satu sama lain. Inilah "rahasia" terdalam yang sering kali terabaikan.
2.1. Kekuatan Doa Seorang Istri
Doa adalah senjata ampuh orang mukmin. Sebagai istri, doa Anda memiliki kekuatan luar biasa, apalagi jika dipanjatkan dengan tulus dan penuh keyakinan. Doa bukan hanya untuk meminta sesuatu, tetapi juga wujud tawakal dan pengakuan bahwa segala urusan ada di tangan Allah.
- Adab Berdoa:
- Memuji Allah SWT.
- Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
- Memohon dengan penuh keyakinan dan kerendahan hati.
- Mengulang-ulang doa.
- Memilih waktu-waktu mustajab (sepertiga malam terakhir, antara adzan dan iqamah, saat sujud, saat hujan, hari Jumat).
- Doa-Doa Spesifik untuk Suami dan Keluarga:
- Doa Agar Suami Mencintai dan Setia:
Tidak ada doa spesifik dalam Al-Qur'an atau Hadits yang berbunyi "agar suami cinta." Namun, kita bisa berdoa dengan redaksi sendiri yang mengandung permohonan agar Allah melembutkan hati suami, menumbuhkan cinta dan kasih sayangnya kepada istri, serta menjauhkannya dari godaan syaitan.
"Ya Allah, lembutkanlah hati suamiku (sebut nama suaminya), sebagaimana Engkau melembutkan besi bagi Nabi Daud. Jadikanlah ia mencintaiku karena-Mu, menyayangiku karena-Mu, dan menjadikanku penyejuk matanya di dunia dan akhirat. Jauhkanlah ia dari segala fitnah dan godaan yang dapat merusak rumah tangga kami. Karuniakanlah kami rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah."
Bisa juga membaca doa umum untuk keharmonisan:
"Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yunin waj'alna lil muttaqina imama."
(QS. Al-Furqan: 74)
Artinya: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
- Doa Agar Suami Menjadi Saleh dan Bertanggung Jawab:
"Allahumma aslih zauji wa zurriyati. Allahumma barik li fi zauji wa zurriyati."
Artinya: "Ya Allah, perbaikilah suamiku dan keturunanku. Ya Allah, berkahilah aku pada suamiku dan keturunanku."
- Doa Memohon Perlindungan Rumah Tangga:
"A'udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri ma khalaq."
(Dibaca untuk memohon perlindungan dari segala keburukan, termasuk godaan syaitan yang merusak rumah tangga.)
Panjatkan doa-doa ini dengan penuh keyakinan, istiqamah, dan air mata keikhlasan. Yakinlah bahwa Allah Maha Mendengar dan akan mengabulkan doa hamba-Nya pada waktu yang terbaik.
2.2. Dzikir dan Tilawah Al-Qur'an
Membiasakan dzikir (mengingat Allah) dan tilawah Al-Qur'an di rumah tangga akan membawa keberkahan dan ketenangan. Suasana rumah yang dihiasi dengan lantunan ayat suci dan dzikir akan terasa lebih damai dan jauh dari pengaruh negatif.
- Manfaat Dzikir: Menenangkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, menghindarkan dari gangguan syaitan. Bacalah dzikir pagi dan petang, istighfar, tasbih, tahmid, tahlil.
- Tilawah Al-Qur'an: Bacalah Al-Qur'an secara rutin, ajak suami dan anak-anak jika memungkinkan. Keberkahan Al-Qur'an akan menyelimuti rumah tangga. Rumah yang dibacakan Al-Qur'an akan lebih hidup dan bercahaya.
2.3. Sholat dan Ibadah Lainnya
Ibadah adalah tiang agama dan juga tiang keharmonisan. Ketika suami istri sama-sama khusyuk dalam ibadah, ikatan spiritual mereka akan semakin kuat.
- Sholat Fardhu: Laksanakan sholat fardhu tepat waktu. Jika memungkinkan, ajak suami berjamaah di rumah atau dorong suami ke masjid.
- Sholat Sunnah: Sholat Dhuha, Sholat Tahajud, Sholat Rawatib. Bangunlah malam untuk Tahajud, panjatkan doa-doa Anda di waktu mustajab ini.
- Sedekah: Bersedekah membersihkan harta dan jiwa, serta mendatangkan keberkahan.
- Puasa Sunnah: Latih kesabaran dan pengendalian diri bersama suami.
3. Ikhtiar Lahiriah: Usaha Nyata Membangun Cinta Suami
Selain fondasi spiritual, upaya lahiriah (ikhtiar) juga sangat penting. Islam mengajarkan keseimbangan antara tawakal (berserah diri kepada Allah) dan ikhtiar (berusaha). Cinta dalam rumah tangga perlu dipupuk dan dirawat dengan tindakan nyata sehari-hari.
3.1. Komunikasi yang Efektif dan Empati
Seringkali, masalah rumah tangga berakar pada miskomunikasi atau kurangnya komunikasi. Komunikasi yang baik adalah jembatan penghubung hati.
- Jadilah Pendengar yang Baik: Saat suami berbicara, dengarkan dengan sepenuh hati tanpa memotong atau menghakimi. Berikan perhatian penuh.
- Berbicara Jujur dan Lembut: Ungkapkan perasaan dan pikiran Anda dengan jujur, namun tetap dengan nada yang lembut dan penuh hormat. Hindari nada tinggi atau kata-kata kasar.
- Gunakan Kata-kata Apresiasi: Ucapkan terima kasih, pujian, dan penghargaan atas usaha suami, sekecil apapun itu. "Jazakallah khairan katsiran" atau "Terima kasih, Abang."
- Hindari Asumsi dan Generalisasi: Jangan berasumsi Anda tahu apa yang suami pikirkan. Tanyakan langsung. Hindari kata-kata seperti "Kamu selalu..." atau "Kamu tidak pernah..."
- Ciptakan Waktu Khusus Berdua: Sisihkan waktu setiap hari untuk berbicara santai, mungkin saat sarapan, sebelum tidur, atau saat istirahat.
3.2. Melayani dan Menghargai Suami
Istri yang shalihah adalah penyejuk hati suami. Pelayanan yang tulus dan penghargaan yang tulus akan menumbuhkan cinta dan rasa memiliki.
- Jaga Penampilan Diri: Berhias dan tampil menarik di hadapan suami adalah ibadah. Gunakan pakaian yang disukai suami, wewangian yang halal, dan rawat diri Anda. Ini menunjukkan bahwa Anda menghargai diri sendiri dan suami.
- Siapkan Makanan dan Kebutuhan Rumah: Urusan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama, namun peran istri dalam menciptakan kenyamanan rumah sangat vital. Menyediakan makanan yang lezat, menjaga kebersihan, dan kerapihan rumah adalah bentuk pelayanan yang dihargai.
- Tunjukkan Rasa Hormat dan Dukungan: Dukung aspirasi dan pekerjaan suami. Hormati keputusannya selama tidak bertentangan dengan syariat. Jadilah pendamping yang menguatkan, bukan yang melemahkan.
- Memenuhi Kebutuhan Batin Suami: Menjaga keintiman adalah hak dan kewajiban. Penuhi kebutuhan batin suami dengan sukarela dan ikhlas, ini adalah salah satu pintu keberkahan dan keharmonisan.
- Menjaga Harta dan Kehormatan Suami: Jadilah penjaga yang amanah atas harta suami saat ia tiada, dan jaga kehormatan diri serta keluarga.
3.3. Saling Memahami dan Menerima Kekurangan
Tidak ada manusia yang sempurna. Pernikahan adalah proses saling melengkapi dan menerima.
- Menerima Kekurangan: Fokus pada kebaikan suami, dan bersabar atas kekurangannya. Ingatlah bahwa Anda pun memiliki kekurangan.
- Memaafkan: Belajarlah untuk memaafkan kesalahan suami. Dendam hanya akan meracuni hati dan merusak hubungan.
- Saling Belajar: Teruslah belajar untuk memahami karakter, kebutuhan, dan bahasa cinta suami.
3.4. Menciptakan Suasana Rumah yang Positif dan Menyenangkan
Rumah adalah tempat berlindung dari hiruk pikuk dunia. Jadikan rumah Anda surga bagi suami.
- Hindari Pertengkaran yang Tidak Perlu: Jika ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan emosi yang meledak-ledak.
- Ciptakan Suasana Hangat: Sapa suami dengan senyum, pelukan, atau ciuman saat ia pulang kerja. Tanyakan kabarnya.
- Berbagi Tawa dan Kegembiraan: Ajak suami bercanda, melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama, seperti menonton film keluarga, membaca buku, atau bermain dengan anak-anak.
- Jauhkan Gosip dan Keburukan: Jangan membawa cerita negatif dari luar ke dalam rumah, terutama yang bisa memicu pertengkaran atau prasangka buruk terhadap suami.
3.5. Mengelola Konflik Secara Islami
Konflik adalah bagian tak terpisahkan dari setiap hubungan. Yang terpenting adalah bagaimana mengelolanya.
- Menyelesaikan Masalah Bukan Mencari Pemenang: Fokus pada solusi, bukan pada siapa yang benar atau salah.
- Menahan Emosi: Saat emosi memuncak, coba diam sejenak, berwudhu, atau sholat dua rakaat.
- Mencari Nasihat Ahli Agama/Konselor: Jika masalah terlalu pelik, jangan ragu mencari nasihat dari ulama atau konselor pernikahan yang Islami.
- Ingat Kebaikan Pasangan: Saat bertengkar, ingatlah kembali semua kebaikan dan pengorbanan suami.
4. Peringatan Tegas: Mengapa "Pelet" Haram dalam Islam?
Setelah membahas cara-cara yang diridai Allah untuk membangun cinta, sangat penting untuk membahas secara lugas mengapa praktik "pelet" atau sihir dalam konteks apapun adalah dilarang keras dalam Islam. Pemahaman ini krusial untuk menjaga kemurnian akidah seorang Muslimah.
4.1. Definisi "Pelet" dan Praktik Sihir
Secara umum, "pelet" merujuk pada praktik ilmu hitam atau sihir yang bertujuan untuk memengaruhi perasaan seseorang (cinta, benci, nafsu) secara paksa, di luar kehendak normal, seringkali dengan bantuan jin atau makhluk gaib lainnya. Praktik ini bisa melibatkan mantra, jampi-jampi, benda-benda tertentu, atau ritual-ritual yang menyimpang.
4.2. "Pelet" Adalah Syirik dan Dosa Besar
Alasan utama mengapa "pelet" haram adalah karena ia tergolong dalam kategori syirik, yaitu menyekutukan Allah SWT. Praktisi "pelet" atau orang yang meminta "pelet" pada dasarnya bergantung dan meminta pertolongan kepada selain Allah (jin, syaitan, atau kekuatan gaib lainnya) untuk mencapai tujuannya. Ini adalah pelanggaran terbesar dalam Islam.
- Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa: 48, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
- Nabi Muhammad SAW bersabda, "Hindarilah tujuh dosa besar yang membinasakan." Para sahabat bertanya, "Apa itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Syirik kepada Allah, sihir..." (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan hanya mempercayai atau berniat untuk melakukan praktik sihir sudah mengikis keimanan seseorang.
4.3. Melanggar Kehendak Bebas dan Merusak Fitrah Manusia
Islam sangat menghargai kehendak bebas (ikhtiar) setiap individu. Praktik "pelet" berusaha memanipulasi kehendak bebas seseorang, memaksanya untuk mencintai atau bertindak di luar pilihannya sendiri. Ini bertentangan dengan fitrah manusia yang diciptakan Allah dengan akal dan kebebasan memilih.
Cinta yang sejati dan berkah adalah cinta yang tumbuh secara alami, dari hati ke hati, atas dasar keimanan, akhlak mulia, dan ridha Allah, bukan karena paksaan atau pengaruh gaib.
4.4. Konsekuensi Buruk di Dunia dan Akhirat
- Di Dunia:
- Merusak Akidah: Pelaku dan pengguna "pelet" terjerumus dalam kesyirikan, yang dapat menghapus pahala amal kebaikan.
- Tidak Ada Keberkahan: Cinta yang dipaksakan melalui sihir tidak akan membawa keberkahan. Hubungan yang terbangun di atas pondasi syirik dan kebohongan akan rapuh dan tidak akan pernah membawa kedamaian sejati.
- Membawa Malapetaka: Seringkali, praktik sihir mendatangkan lebih banyak masalah daripada solusi. Bisa jadi menimbulkan penyakit, pertengkaran yang lebih hebat, atau malapetaka lain dalam rumah tangga.
- Perbudakan kepada Jin: Pelaku sihir seringkali harus melayani jin dan menuruti permintaan mereka, bahkan yang bertentangan dengan syariat Islam.
- Di Akhirat: Ancaman neraka yang kekal bagi pelaku syirik yang tidak bertaubat.
4.5. Alternatif Islami yang Benar
Jika seorang istri merasa suaminya mulai menjauh, cuek, atau tidak lagi perhatian, jalan keluarnya BUKAN "pelet", tetapi kembali kepada Allah. Lakukan introspeksi diri, perbaiki ibadah, perbaiki akhlak, perbaiki komunikasi, perbanyak doa, dan bersabar. Ingatlah bahwa hati manusia ada di genggaman Allah. Hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati, menumbuhkan cinta, dan menguatkan ikatan.
Mencari jalan pintas melalui praktik terlarang adalah bentuk ketidaksabaran dan ketidakpercayaan kepada kekuasaan Allah. Sebagai Muslimah, kita wajib menjauhi segala bentuk kemusyrikan dan mengandalkan hanya kepada Allah SWT dalam setiap urusan.
5. Menghadapi Ujian dalam Pernikahan dengan Ketenangan Hati
Pernikahan adalah anugerah sekaligus ujian. Setiap rumah tangga pasti menghadapi tantangan. Ketenangan hati dalam menghadapi ujian adalah kunci keistiqamahan.
5.1. Sabar dan Tawakal
Ketika segala upaya telah dilakukan dan doa telah dipanjatkan, serahkanlah hasilnya kepada Allah. Sabar adalah menahan diri dari keluh kesah dan kemarahan, sedangkan tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah setelah berusaha maksimal.
- Sabar dalam Menghadapi Kekurangan: Sabar saat suami khilaf, sabar saat terjadi perbedaan pendapat, sabar dalam merawat rumah tangga.
- Sabar dalam Menanti Perubahan: Perubahan membutuhkan waktu. Teruslah berbuat baik dan berdoa tanpa henti.
- Tawakal kepada Allah: Percayalah bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Apa pun takdir-Nya, itu adalah yang terbaik.
5.2. Muhasabah Diri (Introspeksi)
Sebelum menyalahkan orang lain, introspeksi diri adalah hal pertama yang harus dilakukan. Apakah ada kekurangan dalam diri kita sebagai istri? Apakah ada dosa yang mungkin menjadi penghalang doa atau keberkahan?
- Evaluasi Akhlak: Apakah kita sudah berakhlak mulia kepada suami? Apakah kita sudah menunaikan hak-haknya?
- Evaluasi Ibadah: Apakah ibadah kita sudah optimal? Adakah kelalaian yang perlu diperbaiki?
- Istighfar dan Taubat: Perbanyak istighfar (memohon ampun) dan bertaubat atas segala dosa, baik yang disadari maupun tidak. Dosa dapat menghalangi datangnya pertolongan Allah.
5.3. Mencari Nasihat dan Pertolongan
Jika masalah rumah tangga terasa berat, jangan ragu mencari nasihat dari pihak yang tepat:
- Ulama atau Tokoh Agama: Mintalah nasihat tentang pandangan Islam terhadap masalah yang dihadapi.
- Orang Tua atau Mertua yang Bijaksana: Mereka mungkin memiliki pengalaman dan kebijaksanaan yang bisa membantu.
- Konselor Pernikahan Islami: Profesional yang terlatih dapat membantu memediasi dan memberikan solusi konstruktif.
Penting untuk memilih penasihat yang berpegang teguh pada syariat Islam dan memiliki akhlak yang baik.
5.4. Memperkuat Ikatan dengan Keluarga Besar dan Komunitas
Pernikahan bukan hanya antara dua individu, tetapi juga menyatukan dua keluarga. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami akan mempererat ikatan dan menciptakan dukungan sosial yang positif.
- Silaturahmi: Kunjungi orang tua dan keluarga suami secara rutin.
- Berbuat Baik kepada Keluarga Suami: Perlakukan mereka seperti keluarga sendiri.
- Terlibat dalam Komunitas Muslim: Mengikuti kajian, majelis taklim, atau kegiatan sosial bersama dapat memperkaya spiritualitas dan memberikan dukungan.
Kesimpulan: Cinta Sejati Bersemi dalam Ridha Allah
Perjalanan membangun rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak. Bagi seorang istri yang mendambakan cinta dan perhatian suaminya, jalan yang ditawarkan Islam jauh lebih mulia, berkah, dan abadi daripada sekadar mencari jalan pintas yang terlarang.
Ingatlah bahwa "pelet" atau sihir adalah praktik yang diharamkan secara tegas dalam Islam, termasuk dalam kategori syirik yang merupakan dosa terbesar. Ia hanya akan mendatangkan kerusakan, ketidakberkahan, dan kehancuran di dunia maupun di akhirat. Cinta yang dibangun di atas pondasi tipuan tidak akan pernah membawa kebahagiaan sejati.
Sebaliknya, Islam mengajarkan kita untuk mengandalkan sepenuhnya kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati. Kunci keharmonisan rumah tangga terletak pada:
- Fondasi Spiritual yang Kuat: Memperbanyak doa, dzikir, tilawah Al-Qur'an, dan ibadah lainnya. Doa adalah senjata ampuh yang dapat melembutkan hati, menumbuhkan cinta, dan mengatasi berbagai masalah.
- Ikhtiar Lahiriah yang Konsisten: Berusaha menjadi istri yang shalihah dengan menjaga akhlak, berkomunikasi efektif, melayani suami dengan tulus, menghargai, serta menciptakan suasana rumah yang positif dan menenangkan.
- Kesabaran dan Introspeksi: Setiap ujian adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hadapi dengan sabar, terus bermuhasabah, dan berlapang dada dalam menerima kekurangan.
- Tawakal Sepenuhnya kepada Allah: Setelah semua upaya dilakukan, serahkan hasilnya kepada Allah. Percayalah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.
Cinta sejati antara suami dan istri adalah anugerah dari Allah, yang tumbuh subur ketika keduanya berpegang teguh pada ajaran-Nya. Ketika hati seorang istri terpaut pada Allah, dan ia berusaha menjalankan perannya sesuai syariat, maka Allah akan menanamkan cinta dan kasih sayang di hati suaminya. Inilah "pelet" yang sesungguhnya dalam Islam: bukan sihir, melainkan Cinta yang Bersumber dari Ketaatan kepada Ilahi.
Semoga artikel ini menjadi lentera penerang bagi setiap Muslimah yang mendambakan rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah, yang diberkahi oleh Allah SWT hingga ke Jannah-Nya.